Minggu, 26 Februari 2012

MEROBLASTIK


DAFTAR  ISI

KataPengantar………………………………………………………………………DaftarIsi…………………………………………………………………………….
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………
1.2 Tujuan…………………………………………………………………….
 1.3 Permasalahan…………………………………………………………….
Bab II Isi
2.1 pengertian gametogenesis……………………………………………………
2.2 Tahap-tahap gamatogenesis……………………………….
Bab III Kesimpulan........................................................................................................
DaftarPustaka……………………………………………………………………




KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunianyapenulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul gametogenesis ini dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pembaca tentang gametogenesis
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami kekurangan, untuk itu penulis mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan penulisan makalah-makalah kedepannya.



Kupang,30 Oktober  2011


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Proses pembentukan gamet atau sel kelamin disebut gametogenesis, terdapat dua jenis proses pembelahan sel yaitu mitosis dan meiosis. Bila ada sel tubuh kita yang rusak maka akan terjadi proses penggantian dengan sel baru melalui proses pembelahan mitosis, sedangkan sel kelamin atau gamet sebagai agen utama dalam proses reproduksi manusia menggunakan proses pembelahan meiosis.
Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa mitosis menghasilkan sel baru yang jumlah kromosomnya sama persis dengan sel induk yang bersifat diploid (2n) yaitu 23 pasang/ 46 kromosom, sedangkan pada meiosis jumlah kromosom pada sel baru hanya bersifat haploid (n) yaitu 23 kromosom. Gametogenesis ada dua yaitu spermatogenesis dan oogenesis akan di bahas lebih lanjut pada bab II dalam makalah ini






1.2  Permasalahan
1          Bagaimanakah perbedaan morfologi dari gamet jantan dan gamet betina?
2          Permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana      tahap-tahap gametogenesis


1.3  Tujuan

1      Mempelajari perbedaan morfologi gamet jantan dan betina.
2      Meningkatkan ilmu pengetahuan tentang gametogenesis
       3      Mengetahui tahap-tahap pada gametogenesis

.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gametogenesis
            Setiap makhluk hidup mempunyai kemampuan utuk bereproduksi. Kelestarian suatu organisme diukur semata-mata dari kemampuannya untukmenggantikan dirinya sendiri dengan keturunan yang sehat dan subur. Pada makhluk hidup yang bereproduksi secara generatif atau seksual, awal kemampuan reproduksi ditandai sejak di dalam organ kelamin tersebut mengalami proses gametogenesis. Gametogenesis adalah proses pembentukan sel kelamin atau gamet. Gametogenesis merupakan suatu cara yang erat hubungannya dengan pembelahan meiosis yang berfungsi untuk mempersiapkan sel kelamin yang berguna untuk menjaga kelangsungan hidup. Proses ini pada hewan jantan terjadi si dalam testis dan di dalam ovarium pada hewan betina.

2.2 Spermatogenesis
            Spermatogenesis merupakan peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh hormone gonadtotropin dan testosterone (Yatim, 1990).
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu (Yatim, 1990):
1.Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit primer. Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.

2. Tahapan Meiois
Spermatosit I (primer) menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami meiosis I yang kemudian diikuti dengan meiosis II.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan sesame lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Apabila dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa masak. Dua spermatozoa akan membawa kromosom penentu jenis kelamin wanita “X”. Apabila salah satu dari spermatozoa ini bersatu dengan ovum, maka pola sel somatik manusia yang 23 pasang kromosom itu akan dipertahankan. Spermatozoa masak terdiri dari :
    1. Kepala (caput), tidak hanya mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya, tetapi juga ditutup oleh akrosom yang mengandung enzim hialuronidase yang mempermudah fertilisasi ovum.
    2. Leher (servix), menghubungkan kepala dengan badan.
    3. Badan (corpus), bertanggungjawab untuk memproduksi tenaga yang dibutuhkan untuk motilitas.
    4. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas defern dan ductus ejakulotorius.
http://ilmukeperawatan.files.wordpress.com/2008/06/gametogenesis1.jpg?w=258&h=300

Gambar 1. Spermatogenesis (Embryologi, 2009)
2.3 Oogenesis
            Oogenesis merupakan proses pematangan ovum di dalam ovarium. Tidak seperti spermatogenesis yang dapat menghasilkan jutaan spermatozoa dalam waktu yang bersamaan, oogenesis hanya mampu menghasilkan satu ovum matang sekali waktu (Carlson, 1999).
            Proses oogenesis ialah sebagai berikut (Campbell, 2004):
1. Oogonium yang merupakan prekursor dari ovum tertutup dalam folikel di ovarium.
2. Oogonium berubah menjadi oosit primer, yang memiliki 46 kromosom. Oosit primer melakukan meiosis , yang menghasilkan dua sel anak yang ukurannya tidak sama.
3. Sel anak yang lebih besar adalah oosit sekunder yang bersifat haploid. Ukurannya dapat mencapai ribuan kali lebih besar dari yang lain karena berisi lebih banyak sitoplasma dari oosit primer.
4. Sel anak yang lebih kecil disebut badan polar pertama yang kemudian membelah lagi.
5. Oosit sekunder meninggalkan folikel ovarium menuju tuba Fallopi. Apabila oosit sekunder difertilisasi, maka akan mengalami pembelahan meiosis yang kedua . begitu pula dengan badan polar pertama membelah menjadi dua badan polar kedua yang akhirnya mengalami degenerasi. Namun apabila tidak terjadi fertilisasi, menstruasi dengan cepat akan terjadi dan siklus oogenesis diulang kembali.
6. Selama pemebelahan meiosis kedua, oosit sekunder menjadi bersifat haploid dengan 23 kromosom dan selanjutnya disebut dengan ootid. Ketika inti nukleus sperma dan ovum siap melebur menjadi satu, saat itu juga ootid kemudian mencapai perkembangan finalnya menjadi ovum yang matang.
7. Kedua sel haploid (sperma dan ovum) bersatu membentuk sel zygot yang bersifat dipoid (2n).

Gambar1. Oogenesis (Tarleton, 2009)

Sel telur atau ovum adalah sel reproduksi betina hasil dari ovarium (ovary). Manusia memiliki sel telur berukuran diameter 145 µm. Pada banyak hewan merupakan oosit (oocyte). Sel telur tidak seperti sel yang lain,memiliki membran vitelina atau pembungkus yang melapisi membran plasma. Membran ini berfungsi pada saat  masuknya sel sperma. Ketika kepala sperma menerobos sel tel telur, membran ini akan membuat lapisan tebal sehingga tidak ada lagi kepala sperma yang dapat masuk ke dalam sel telur (Ville,1988).

Gambar 2 Sperma (Wikimedia,2009)

Sel sperma dewasa  memiliki panjang 0,05 milimeter. Sel ini terdiri atas kepala, badan dan ekor. Bagian kepala sperma ditutupi oleh suatu tudung dan mengandung nukleus, di mana nukleus ini berisi materi genetik padat yang tersusun atas 23 jumlah kromosom. Hal ini diperoleh dari leher ke kepala yang mengandung banyak mitokondria yang menyuplai energy untuk aktifitas sperma. Seluruh sel normal yang berada di dalam tubuh makhluk hidup yang memiliki sel gamet ini memiliki 46 kromosom. Hanya sel gamet atau sel sperma yang memiliki 23 kromosom. Jika sel sperma berhasil melakukan fertilisasi yaitu memasuki sel telur, maka penggabungan itu akan mengakibatkan kromosom mengganda dan kembali menjadi 46 kromosom (Sex.ed, 2009).

2.4 Macam-macam Abnormalitas Sperma
a. Contoh-contoh abnormalitas sperma berdasarkan jumlahnya (Fertility-Docs, 2009)
·       Polyzoospermia: tingginya konsentrasi cairan sperma
·       Oligozoospermia: jumlah sperma kurang dari 20 juta/ml
·       Hypospermia: volume cairan semen kurang dari 1,5 ml
·       Hyperspermia: volume cairan semen melebihi 5,5 ml
·       Aspermia: tidak memiliki cairan semen
·       Pyospermia: terdapat leukocytes (sel yang merusak) pada cairan semen
·       Hematospermia: terdapat sel darah merah pada cairan semen
·       Asthenozoospermia: pergerakan sel kurang dari 40%
·       Teratozoospermia: lebih dari 40% menunjukkan pergerakan sel sperma yang tidak aktif
·       Necrozoospermia: banyak sel sperma yang dihasilkan mengalami kematian
·       Oligoasthenozoospermia: pergerakan dan kepadatan yang ditunjukkan sperma kurang dari  8 juta sperm/ml

b. Contoh-contoh abnormalitas sperma berdasarkan bentuknya (Fertility-Docs, 2009)
·       Kepala sperma yang Abnormal
     Banyak perbedaan yang terjadi pada kepala sperma yang abnormal. Contohnya adalah Macrocephalic yaitu kepala sperma yang terlalu besar, Microcephalic yaitu kepala sperma yang terlalu kecil, teardrop shape yaitu bentuk kepala sperma yang terlalu meruncing, serta terbentuknya lebih dari satu kepala sperma.
·       Ekor Sperma yang Abnormal
     Terjadinya penggulungan dan pembengkokan ekor sperma terkadang terjadi. Kerusakan ekor sperma yang terjadi jika melebihi setengahnya sudah dapat diketegorikan abnormal. Selain itu, ekor sperma yang abnormal dapa dikatakan jika ekor yang terbentuk lebih dari satu. Kejadian yang terjadi dapat sampai empat ekor. Sitoplasma yang menetes di sepanjang ekor sperma dapat mengindikasikan bahwa sperma tersebut tidak mengalami dewasa



                                                            BAB III
                                                      KESIMPULAN
Gametogenesis merupakan proses pembentukan sel-sel gamet di dalam organ pembiakan lelaki dan wanita. Gametogenesis merangkumi spermatogenesis yang berlaku di dalam testis dan oogenesis yang berlaku di dalam ovari.
Bilangan kromosom dalam sel soma manusia ialah 46, iaitu 2n=46. Ini bermakna bilangan kromosom di dalam setiap sel soma seorang lelaki dan seorang wanita masing-masing ialah 46. Jika sperma dan ovum yang dihasilkan masing-masing mengandungi 46 kromosom, maka zigot yang terbentuk melalui persenyawaan sperma dengan ovum tersebut akan mengandungi 92 kromosom. Ini bukan zigot amnusia. Zigot manusia mempuyai 46 kromosom. Bagaimanankah masalah ini diatasi? Kita bersyukur kepada Tuhan kerana telah mewujudkan gametogenesis yang melibatkan proses meiosis. Ini bermakna sperma dan ovum yang dihasilkan mengandungi 23 kromosom. Dengan demikain, zigat yang terbentuk melalui persenyawaan sperma dengan ovum akan mengandungi 46 kromosom.
Inilah zigot manusia


DAFTAR PUSTAKA

Gilbert, F. Scott Developmental Biologi. 6 ed. Sunderland, MA: Sinauer Associates, Inc, 2000.
Sadler, T.W. Jan Langman. Langman Medis Embriologi. 8 ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins Penerbit, 2000.
Majalah
Nielsen H.I., et al. "Definisi Pemupukan Manusia dan Pertumbuhan praimplantasi Revisited." Reprod Biomed Online. 3 (2) (2001) :90-93.
Readhead C, dan C. Muller-Tidow. "Gen Berkaitan dengan Pengembangan Line Germ Pria." Reprod Biomed Online. 4 Suppl 1 (2002) :52-7.
Westphal H. "International Stem Cell Research Pertimbangan." C R Biol. 325 (10) (Oktober 2002) :1045-8.
Read more: Gametogenesis - Germ, Sel, Genetik, dan Line - JRank Artikel http://science.jrank.org/pages/2915/Gametogenesis.html # ixzz1cXXZIYmr
Wildam yatim.reproduksi embriologi. Penerbit : tarsito. Bandung

HEMATOKRIT


HEMATOKRIT

Tujuan
Menetukan nilai hemaktokrit (% volume eritrosit di dalam darah dengan metode Makrohematokrit.

Dasar Teori
Darah adalah suatu fluida (yang dinamakan plasma) tempat beberapa bahan terlarut dan tempat eritrosit, leukosit dan beberapa bahan lain yang tersuspensi. Sistem peredaran darah terdiri dari jantung(yang merupakan pusat pemompaan darah), arteri (pembuluh darah dari jantung), kapiler (yang menghubungkan arteri dengan vena) dan vena (pembuluh darah yang menuju jantung). Sistem peredaran darah pada ikan disebut sistem peredaran darah tunggal. Yang dimaksud dengan peredaran darah tunggal adalah dimana darah hanya satu kali saja melewati jantung. Darah yang terkumpul dari seluruh tubuh masuk ke atrium. Pada saat relaksasi, darah mengalir pada sebuah katup kedalam ventrikel yang berdinding tebal. Kontraksi dari ventrikel ini sangat kuat sehingga menyebabkan darah keluar menuju jaringan kapiler insang lalu dari insang darah mengalir ke jaringan kapiler lain dalam tubuh. Pertukaran zat-zat pun terjadi pada saat pengaliran darah ini.
Darah berfungsi mengedarkan suplai makanan kepada sel-sel tubuh, membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh, membawa hormon dan enzim ke organ yang memerlukan. Pertukaran oksigen terjadi dari air dengan karbondioksida terjadi pada bagian semipermeable yaitu pembuluh darah yang terdapat di daerah insang. Selain itu, di daerah insang terjadi pengeluaran kotoran yang bernitrogen.
Melalui sel darah, suatu organisme dapat pula diketahui sampai mana organisme tersebut mengalami pencemaran, baik itu dari media hidupnya dimana kualitas air tidak memenuhi syarat. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat kita lihat dari presentase hematokrit yang terkandung dalam darah
Pemeriksaan hematologi merupakan sekelompok pemeriksaan laboratorium yang terdiri atas beberapa macam pemeriksaan. Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin, jumlah lekosit, hitung jenis lekosit, Laju Endap Darah (LED). Pemeriksaan darah khusus meliputi gambaran darah tepi, jumlah eritrosit, hematokrit, indeks eritrosit, jumlah retikulosit dan jumlah trombosit (Budiwiyono, dkk, 1995).
Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan darah khusus yang sering dikerjakan dilaboratorium berguna untuk membantu diagnosa berbagai penyakit diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD), anemia, polisitemia. Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan mikro. Pada cara makro digunakan tabung wintrobe, sedangkan pada cara mikro digunakan pipet kapiler (Wirawan, dkk, 1996).
Metode pemeriksaan secara mikro berprinsip pada darah yang dengan antikoagulan dicentrifuge dalam jangka waktu dan kecepatan tertentu, sehingga sel darah dan plasmanya terpisah dalam keadaan mapat. Prosentase volum kepadatan sel darah merah terhadap volume darah semula dicatat sebagai hasil pemeriksaan hematokrit (Gandasoebrata, 2008).
Untuk pemeriksaan-pemeriksaan hematologi dan pemeriksaan lain yang menggunakan darah sebagai bahan pemeriksaan, pengambilan darah penderita (sampling) merupakan awal pemeriksaan yang harus dikerjakan dengan benar karena akan sangat menentukan hasil pemeriksaan (Purwanto, 1996). Pemeriksaan hematokrit dapat diukur dengan menggunakan darah vena atau darah kapiler (Gandasoebrata, 2008). Darah kapiler digunakan bila jumlah darah yang dibutuhkan hanya sedikit, sedangkan bila jumlah darah yang dibutuhkan lebih dari 0,5 ml lebih baik menggunakan darah vena (Kiswari dan Agung, 2005).
Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah. Berdasarkan reprodusibilitas dan sederhananya, pemeriksaan ini paling dapat dipercaya di antara pemeriksaan yang lainnya, yaitu kadar hemoglobin dan hitung eritrosit. Dapat dipergunakan sebagai tes penyaring sederhana terhadap anemia.
Lokasi pengambilan darah kapiler pada orang dewasa dipakai ujung jari atau cuping telinga sedangkan lokasi pengambilan darah vena pada orang dewasa pada dasarnya semua vena superfisial dapat dipakai namun yang sering digunakan ialah vena mediana cibiti karena mempunyai fiksasi yang lebih sehingga memudahkan pada saat sampling (Gandasoebrata, 2008).
Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah.
Berdasarkan reprodusibilitas dan sederhananya, pemeriksaan ini paling dapat dipercaya di antara pemeriksaan yang lainnya, yaitu kadar hemoglobin dan hitung eritrosit. Dapat dipergunakan sebagai tes penyaring sederhana terhadap anemia.
Nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik menggunakan hematology analyzer atau secara manual. Metode pengukuran hematokrit secara manual dikenal ada 2, yaitu :
1.             Metode makrohematokrit
Pada metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA atau heparin) dimasukkan dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110 mm dengan diameter 2.5-3.0 mm dan berskala 0-10 mm. Tabung kemudian disentrifus selama 30 menit dengan kecepatan 3.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit adalah nilai hematokrit yang dinyatakan dalam %.
2.             Metode mikrohematokrit
Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA, darah heparin atau darah amonium-kalium-oksalat) dimasukkan dalam tabung kapiler yang mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler yang digunakan ada 2 macam, yaitu yang berisi heparin (bertanda merah) untuk sampel darah kapiler (langsung), dan yang tanpa antikoagulan (bertanda biru) untuk darah EDTA/heparin/amonium-kalium-oksalat.
Prosedur pemeriksaannya adalah : sampel darah dimasukkan ke dalam tabung kapiler sampai 2/3 volume tabung. Salah satu ujung tabung ditutup dengan dempul (clay) lalu disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 15.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca hematokrit, nilainya dinyatakan dalam %.
Metode mikrohematokrit lebih banyak digunakan karena selain waktunya cukup singkat, sampel darah yang dibutuhkan juga sedikit dan dapat dipergunakan untuk sampel tanpa antikoagulan yang dapat diperoleh secara langsung.
Pada sampling darah vena pemakaian ikatan pembendung yang terlalu lama atau kuat dapat mengakibatkan hemokonsentrasi. Hemolisis juga dapat terjadi jika spuit dan jarum yang digunakan basah atau tidak melepaskan jarum spuit terlebih dahulu ketika memasukkan darah ke dalam botol sampel (Gandasoebrata, 2008). Sampling darah kapiler lebih mudah dibanding dengan sampling yang lain. Namun tempat penusukan harus baik, aliran darah lancar dan tidak boleh ada perdangan. Ujung jari yang ditekan-tekan dapat menyebabkan tercampurnya darah kapiler dengan cairan jaringan (Purwanto, 1996).




Darah kapiler dan darah vena mempunyai susunan darah berbeda. Packed Cell Volume (PCV) atau hematokrit, hitung jumlah sel darah merah, hemoglobin pada darah kapiler sedikit lebih rendah dari pada darah vena (Purwanto, 1996). Total lekosit dan jumlah netrofil lebih tinggi darah kapiler sekitar 8%, jumlah monosit sekitar 12%, sebaliknya jumlah trombosit lebih tinggi darah vena dibanding darah kapiler. Perbedaan sekitar 9% atau 32 % pada keadaan tertentu. Terjadinya ini mungkin berkaitan dengan adhesi trombosit pada tempat kebocoran kulit (Dacie and Lewis, 2002).
























Alat Dan Bahan :
1.             Tabung Wintrob berskal 0-10
2.             Alat pusing biasa (centrifuge)
3.             Pipet berujung panjang (pipet Pasteur)
4.             Antikoagulan : Na sitrat 3,8 %
5.             Alat untuk mengambil darah

Prosedur  Kerja
1.             Dengan menggunakan pipet Pasteur isi tabung Wintrob dengan darah yang telah dicampur dengan antikoagulan sampai tinggi darah dalam tabung 3,2
2.             Kemudian diisi dengan akuades sama banyak 3,2
3.             Lakukan pada tabung lain sebanyak 3 tabung
4.             Pusingkan dengan centrifuge pada kecepatan 3000 rpm selama 5 menit

Hasil Pengamatan
1.             Tinggi darah dalam tabung : 3,2
2.             Akuades yang diisi : 3,2
3.             Di centrifugasi selama 5 menit
4.             Endapan             = 0,5/3,2 X 100%
                                    = 15.625%












Pembahasan
Hematokrit adalah persentase volume seluruh SDM yang ada dalam darah yang diambil dalam volume tertentu. Untuk tujuan ini, darah diambil dengan semprit dalam suatu volume yang telah ditetapkan dan dipindahkan kedalam suatu tabung khusus berskala hematokrit. Untuk pengukuran hematokrit ini darah tidak boleh dibiarkan menggumpal sehingga harus diberi anti koagulan. Setelah tabung tersebut dipusingkan / sentripus dengan kecepatan dan waktu tertentu, maka SDM akan mengendap. Dari skala Hematokrit yang tertulis di dinding tabung dapat dibaca berapa besar bagian volume darah seluruhnya. Nilai hematokrit yang disepakati normal pada laki – laki dewasa sehat ialah 45% sedangkan untuk wanita dewasa adalah 41%.
Darah dengan antikogulan isotonic dalam tabung dipusing selama 30 menit dengan kecepatan 3000 rpm sehingga eritrosit dipadatkan kecepatan 3000 rpm sehingga eritrosit dipadatkan membuat kolom dibagian bawah dan tabung tingginya kolom mencerminkan nilai hematokrit. Intinya Darah dicentrifuge supaya eritrosit mengendap.
Prinsip pemeriksaan hematokrit cara manual yaitu darah yang mengandung antikoagulan disentrifuse dan total sel darah merah dapat dinyatakan sebagai persen atau pecahan desimal. Penetapan nilai hematokrit cara manual dapat dilakukan dengan metode makrohematokrit atau metode mikrohetokrit. Pada cara makrohematokrit digunakan tabung Wintrobe yang mempunyai diameter dalam 2,5 – 3 mm,panjang 110 mm dengan skala interval 1 mm sepanjang 100 mm dan volumenya ialah 1 ml. pada cara mikrohematokrit digunakan tabung kapiler yang panjangnya 75 mm dan diameter dalam 1 mm, tabung ini ada dua jenis, ada yang dilapisi antikoagulan Na2EDTA atau heparin dibagian dalamnya dan ada yang tanpa koagulan. Tabung kapiler dengan anti koagulan dipakai bila menggunakan darah tanpa anti koagulan seperti darah kapiler, sedangkan tabung kapiler dengan antikoagulan dipakai bila menggunakan darah dengan anti koagulan seperti darah vena. Metode mikrohematokrit mempunyai keunggulan lebih cepat dan sederhana. Metode mikrohematokrit proporsi plasma dan eritrosit (nilai hematokrit) dengan alat pembaca skala hematokrit.
Metode pemeriksaan secara mikro berprinsip pada darah yang dengan antikoagulan dicentrifuge dalam jangka waktu dan kecepatan tertentu, sehingga sel darah dan plasmanya terpisah dalam keadaan mapat. Prosentase volum kepadatan sel darah merah terhadap volume darah semula dicatat sebagai hasil pemeriksaan hematokrit.
Pertama-tama, tabung Wintrobe diisi dengan darah antikoagulan. Kemudian masukkan tabung tersebut ke dalam sentrifuge (pemusing) yang cukup besar, pusinglah selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
Bacalah hasilnya dengan memperhatikan :

J:\New Folder\MENGHITUNG HEMATOKRIT _ Belibis A-17_files\belibis-a-17_hematokrit4.jpg
·                Warna plasma di atas : warna kuning itu dapat dibandingkan dengan larutan kaliumbicarbonat dan intensitasnya disebut dengan satuan. Satu satuan sesuai dengan warna kaliumbicarbonat 1 : 10000.
·                Tebalnya lapisan putih di atas sel-sel merah yang tersusun dari leukosit dan trombosit (buffy coat)
·                Volume sel-sel darah merah

Dari hasil percobaan yang dilakukan didapatkan hasil, yaitu persentase hematokrit yang menunjukan nilai persentase sel darah merah. Pada percobaan kelompok didapatkan nilai hematokritnya 15,6% . Hal ini berarti darahnya terdiri dari 15,6% sel darah.













Kesimpulan
Hematokrit adalah persentase volume seluruh SDM yang ada dalam darah yang diambil dalam volume tertentu. Untuk tujuan ini, darah diambil dengan semprit dalam suatu volume yang telah ditetapkan dan dipindahkan kedalam suatu tabung khusus berskala hematokrit. Untuk pengukuran hematokrit ini darah tidak boleh dibiarkan menggumpal sehingga harus diberi anti koagulan. Setelah tabung tersebut dipusingkan / sentripus dengan kecepatan dan waktu tertentu, maka SDM akan mengendap. Dari skala Hematokrit yang tertulis di dinding tabung dapat dibaca berapa besar bagian volume darah seluruhnya. Nilai hematokrit yang disepakati normal pada laki – laki dewasa sehat ialah 45% sedangkan untuk wanita dewasa adalah 41%.
Dari hasil percobaan yang dilakukan didapatkan hasil, yaitu persentase hematokrit yang menunjukan nilai persentase sel darah merah. Pada percobaan kelompok didapatkan nilai hematokritnya 15,6% . Hal ini berarti darahnya terdiri dari 15,6% sel darah.




















Daftar Pustaka

























LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN
D:\picture\LOGO UNDANA TERBARU\1-FST-UND-ITAMPUTUH.gif





OLEH :

NAMA          :
1.     LELINDA J. KANA                         
2.     ELJOHNS HANAS                                      
3.     GULIHELMUS H.K LEDJEPEN               
4.     DENCI LOEMNANU                      
5.     POLINI BESSIE                               
6.     ERMELINDA SELO
7.     SUSANTI LAY ASIAU
8.     FLORIDA LAMA     
SEMESTER  :     4 (EMPAT)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2011